Fotografi Sebagai Pendokumentasian Realitas
Dokumen sering diartikan sebagai sesuatu yang berharga yang
dihasilkan dari tindakan merekam, mencatat, menulis, menyimpan, mengarsipkan,
atau mengabadikan. Dari sini, dokumentasi dapat dipahami sebagai proses
mengubah suatu peristiwa menjadi informasi atau data melalui media tertentu, baik
secara verbal-tekstual dan
visual.
Foto adalah dokumen, dan
fotografi selalu berkaitan dengan soal pendokumentasian.
Peran fotografi sebagai
dokumen erat dengan soal indeksikalitas foto. Indeksikalitas menciptakan relasi
kausal antara gambar obyek dalam foto dengan obyek yang dipotret. Adanya obyek
di depan kamera mengakibatkan adanya gambar obyek itu. Kinerja kamera
menghasilkan korespondesi (kesesuaian) antara obyek dalam gambar dengan obyek
dalam kenyataan aslinya. Isu seputar peran foto sebagai dokumen terletak pada
adanya belief bahwa foto adalah medium perekaman visual obyek atau
peristiwa yang otentik, akurat, netral, dan obyektif.
Foto diyakini sebagai gambaran
fakta yang otentik, akurat, netral, dan obyektif karena dihasilkan lewat kinerja
otomatis alat, dengan tidak banyak melibatkan peran manusianya. Foto digunakan
sebagai bukti yang dapat dipercaya. Beberapa jenis fotografi tertentu sangat
menekankan kekuatan dokumenter foto, misalnya: fotografi jurnalistik, fotografi
dokumenter, atau fotografi untuk keperluan pengarsipan identitas orang dalam
kelembagaan (medis, ilmiah, kriminal, atau pemerintahan). Dalam konteks ini,
foto difungsikan sebagai dokumen atau pelengkap suatu dokumen tertentu. Foto
digunakan sebagai medium visual untuk memberi informasi atau data faktual
tentang subyek, benda, atau peristiwa tertentu.
Mempelopori Ruang
Keterikatan manusia dengan
ruang diartikan sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Begitupun
tentang kesadaran, kesadaran manusia akan ruang perlu dilihat kembali bagaimana
kemudian ruang itu berfungsi dan bersinergi untuk manusia. Lebih spesifik lagi,
manusia lebih dekat dengan ruang sosial dimana ruang itulah manusia
berinteraksi dengan sesamanya. Ruang sosial seperti ruang publik memiliki
peranan penting bagi siklus kehidupan. Ruang publik pula yang memberikan
absatraksi bagaimana manusia berproses hingga ia sadar akan ruangnya.
Penciptaan ini berupaya
menganalisis dan menemukan tentang apa sebenarnya ruang itu sendiri dan publik
sebagai ruang bertemunya manusia dengan sesamanya, berinteraksi, berpoitik, dan
masih banyak aktifitas yang dilakukan di ruang publik. Betapa pentingnya ruang
publik bagi sebagian orang yang menggantungkan hidupnya di ruang publik. Dengan
kata lain, manusia dapat hidup tanpa mengganggu ruang privasinya.
Teknik yang digunakan dalam
penciptaan ini adalah menggunakan pendekatan personal terhadap subjek terpotret
dengan teknik pengambilan secara candid/unposed.
Merupakan salah satu ciri dari fotografi jalanan adalah dengan tidak men-direct langsung subjek terpotret agar
menghasilkan kesan natural, tidak dibuat buat dan apa adanya. Penciptaan ini
seminimal mungkin tidak mengadirkan kesan kumuh, ironis dan diskriminasi
terhadap subjek yang pada akhirnya hanya akan menjadikannya sebuah objek,
tetapi menyajikannya dengan kesan estetik dan artistik. Home Street Home mengacu pada gaya karya fotografi Alex Webb yang tidak jauh dari masalah sosial yang ada pada saat itu.
Pemikirannya yang sangat luas dan memberikan kontribusi
yang besar bagi dunia. Alex Webb lebih menekankan pada pentingnya merekam
moment dengan mengedepankan soal rasa.
Karya
fotografi Alex Webb tidak jauh dari masalah sosial yang ada pada saat itu.
Pemikirannya yang sangat luas dan memberikan kontribusi
yang besar bagi dunia. Alex Webb lebih menekankan pada pentingnya merekam
moment dengan mengedepankan soal rasa.
Home
Street Home merupakan potongan terkecil absatraksi ruang
publik. Gambaran tentang manusia mengartikan ruang publik sebagai ruangnya.
Publik sebagai rumah yang dianggap sebagai tempat yang yang paling nyaman dan
intim. Rumah yang disajikan disini adalah bukan ruang yang secara harfiah
adalah ruang yang beratap, terhindar dari hujan, teduh, dan nyaman tapi rumah
disini merupkan rumah yang pengganti ruang intimnya, atau privasi. Merancang ruang dan mempelopori terbentuknya ruang
privasi di ruang publik.
Sebastian Advent, Yogyakarta - 2017
Sebastian Advent, Yogyakarta - 2017
Berjanji pada Bendera yang Terbakar
Sejarah
Kembali kita mengingat makna sejarah. Sejarah merupakan kondisi atau momentum penting dimana hal yg sama tidak akan terjadi lagi. Indonesia kaya akan nilai nilai sejarah, mulai dari budaya, sosial, politik dan lain sebagainya.
Warga Desa Undar Andir Memilih Mengungsi di Ruas Tol
(Esai) Aksi Mahasiswa Berakhir Ricuh
Serang 28/10- Memperingati Hari Sumpah Pemuda ratusan mahasiwa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Banten untuk Rakyat (GEBRAK) melakukan aksi di halaman DPRD Banten. Massa aksi mendesak ingin memasuki gedung DPRD namun mendapat perlawanan dari ratusan polisi dan berakhir ricuh. Dalam aksinya, massa menuntut agar DPRD Banten membuat mandat pencabutan Ratu Atut Chosiah sebagai Gubernur Banten. (adv)
Selamat Hari Tani Nasional!
Ratusan Petani yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia (SPI) dan sejumlah mahasiswa mengadakan aksi di depan kantor DPRD Banten (24/9). Dalam aksinya massa mendesak untuk mengembalikan hak-hak para petani yang mulai dirampas.
Selamat Hari Tani Nasional!!! Semoga kesejahteraan Petani selalu diperhatikan dan tanah garapannya tidak menjadi sempit karena gedung gedung pencakar!!
Leuit From Baduy
Leuit merupakan tempat penyimpanan hasil bumi masyarakat desa Kanekes atau biasa disebut suku Baduy.
Cagar Budaya yang Tak Berdaya
Sore itu 15 Agustus 2013 pukul 16:00, rasa ingin merekam momen dimana Keraton Kaibon yang dahulu konon dihancurkan oleh pemerintah belanda pada tahun 1832, bersamaan dengan keraton Surosowan. Asal muasal penghancuran keraton, adalah ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daen Dels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuhan). Jika ditinjau dari namanya (Kaibon = Keibuan), keraton ini dibangun untuk ibu Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah mengigat pada waktu itu, sebagai sultan ke 21 dari kerajaan Banten, Sultan Syaifusin masih sangat muda (masih berumur 5 tahun) untuk memegang tampuk pemerintahan.
Tetapi kini Keraton yang dahulu terkenal dengan bangunan yang kokoh sekarang beralih fungsi menjadi lapangan sepak bola, dan beberapa lapak para pedagang. Yang lebih dikhawatirkan lagi jika generasi generasi saat ini tidak tahu sedikit saja tantang sejarah. Bung Karno pernah berkata bahwa JAS MERAH!, Jangan Melupakan Sejarah. Itu salah satu bukti bahwa kegigihan dan perjuangan yang telah di torehkan oleh pahlawan atau orang orang terdahulu harus terus dikenang dan perhatikan. Kurangnya minat datang ke tempat tempat wisata sejarah membuat cagar cagar budaya tersebut tak lagi terawat. Para petugas keamanan cagar budaya pun enggan memperhatikan. Oleh karena itu, mari kita jaga dan rawat cagar budaya disekitar. Datang dan pelajari mengapa bangunan itu berbentuk agar anak cucu kita nanti bisa menikmati dan mempelajari sejarah bangsanya sendiri.
Aku Adalah Kamu
Tanah yang ku injak sama sepertimu
Langit yang kujunjung sama sepertimu
Aku tak berbeda darimu Udara yang kuhirup, kau hirup juga
Dingin yang kau rasa, ku rasakan sama
Aku tak berbeda darimu Udara yang kuhirup, kau hirup juga
Dingin yang kau rasa, ku rasakan sama
Kita tak terlihat beda
Matahari takkan terlihat beda dari tempatmu
Bulan dan bintang kan terlihat sama dari tempatmuKan memberikan cahaya, yang sama untuk kita
Warna busanamu yang terlihat beda
Nada kau dendangkan sama indahnya
Harmoni symphony dunia
Kendati doa terucap beda
Anugerah yang sama kita terima
Aku adalah kamu, manusia yang sama
-Dialog Dini Hari-
Langganan:
Postingan (Atom)